Hari ini kayu pesanan sudah datang. Kayu ini akan dipakai untuk rangka kuda-kuda, sistem atap (gording hingga reng), dan rangka plafon.
Berikut rincian kayu yang sudah dibeli:
Balok 8/12 19 btg 0.72 kubik kamper banjar
Balok 6/12 15 btg 0.43 kubik kamper banjar
kaso 5/7 10 btg 0.14 kubik kamper medan
kaso 4/6 62 btg 0.19 kubik kamper medan
reng 3/4 92 btg 0.44 kubik kamper medan
Nah, kenapa ada 2 ukuran balok? balok yang besar untuk struktur kuda-kuda. balok yang kecil untuk gording.
Kalo dua ukuran kaso? kaso yang besar untuk penumpu reng di atap. kaso yang kecil untuk penggantung plafon.
Kayu-kayu ini panjangnya rata-rata 3.9 m. hampir ga ada sih kayu yang murni 4. sama seperti daun pintu yang hampir ga mungkin tebelnya 4 cm. jaman sekarang....
Oya, belinya di PD. Sumber Jaya. Ya ini supplier yang lewat depan site rumah dan langsung nawarin kayu. harganya lebih murah dibanding toko di Daan Mogot. Selama masa itung-itungan volume,, aku sekalian nawar2 gitu deh. lumayan..hemat sekitar 2 jutaan.
What next ya? maksudnya, ekspense apa dalam waktu dekat ini? Kabarnya besi beli lagi tuh, untuk nyambung kolom ke atas, sekalian buat bikin ring balok untuk sandar kuda-kuda, dan juga ring balk sofi-sofi. yah..ditunggu saja beritanya.
Selasa, 28 April 2009
Selasa, 21 April 2009
Senin, 20 April 2009
Didatengin Suppliers
Lahan rumah kami ada di tepat tepi jalan yang dilalui angkot dan kendaraan lainnya. kadang truk juga lewat depan rumah. Pesawat juga, cuma karena di atas, ngga bisa kita brentiin, hehe..
Sebetulnya aku tetap ada rasa khawatir ya, punya rumah tepi jalan gede gini. takut anakku lolos dari pengamatan dan lompat ke jalan. kan sereeem tuh. tapi jarak ruang tamu ke jalan cukup jauh, 10 meter kira-kira.
pas fase konstruksi gini, aku sudah menerima 2 supplier untuk 2 material, yaitu genteng dan kayu. Lumayan..selain tidak perlu repot searching di toko material, harganya lebih murah dari yang ditawarkan di toko.
Genteng misalnya. di supermarket bangunan kan harganya mahhhal banget tuh. masa kami harus menyiapkan 6-7 juta hanya untuk genteng. waduh, gimana dong. nah, karena ada penjual genteng yang lewat depan rumah, kami bisa beli dengan harga 4,4 juta. emang modelnya jauh beda ama yang kanmuri punya, tapi genteng is still genteng kan?
Lalu kayu untuk struktur kuda-kuda, kaso, reng, dan rangka plafon. Dengan harga yang ditawarkan satu toko kayu yang cukup besar di area Daan Mogot. kami harus menyiapkan 9 jutaan. Kyaaaaik...
Nah, dengan datangnya si supplier kayu, kami cukup berhemat 2 jutaan.
Meanwhile, aku lagi butuh keramik nih..ada supplier yang mo lewat ga yaa?? sapa tau dapet harga murah kualitas KW1 hehe..
Sebetulnya aku tetap ada rasa khawatir ya, punya rumah tepi jalan gede gini. takut anakku lolos dari pengamatan dan lompat ke jalan. kan sereeem tuh. tapi jarak ruang tamu ke jalan cukup jauh, 10 meter kira-kira.
pas fase konstruksi gini, aku sudah menerima 2 supplier untuk 2 material, yaitu genteng dan kayu. Lumayan..selain tidak perlu repot searching di toko material, harganya lebih murah dari yang ditawarkan di toko.
Genteng misalnya. di supermarket bangunan kan harganya mahhhal banget tuh. masa kami harus menyiapkan 6-7 juta hanya untuk genteng. waduh, gimana dong. nah, karena ada penjual genteng yang lewat depan rumah, kami bisa beli dengan harga 4,4 juta. emang modelnya jauh beda ama yang kanmuri punya, tapi genteng is still genteng kan?
Lalu kayu untuk struktur kuda-kuda, kaso, reng, dan rangka plafon. Dengan harga yang ditawarkan satu toko kayu yang cukup besar di area Daan Mogot. kami harus menyiapkan 9 jutaan. Kyaaaaik...
Nah, dengan datangnya si supplier kayu, kami cukup berhemat 2 jutaan.
Meanwhile, aku lagi butuh keramik nih..ada supplier yang mo lewat ga yaa?? sapa tau dapet harga murah kualitas KW1 hehe..
Window Shopping
Bagian yang paling menyenangkan dalam membangun rumah adalah window shopping. Ga cuma baju-tas-sepatu lho yg bisa di-window shopping-kan. ternyata material bangunan juga bisa. Mau bukti? Pertama, cari referensi dari buku atau majalah desain. Lalu, jalan-jalan ke toko material.
Sekarang sudah ada supermarket one stop shopping untuk kebutuhan membangun rumah. Yang cukup terkenal adalah Mitra 10. ada juga Dunia Bangunan, dan juga Depo Bangunan.
Setelah dicompare sana-sini, untuk beberapa material, lebih murah di Dunia Bangunan. DB juga lebih dekat dengan rumah. Di DB pramuniaganya juga ramah2. Di Mitra 10 pernah dapet pramuniaga yang dari casingnya aja udah judes, dan terbukti pas diminta menerangkan produknya, hehehe...
Untuk display, Mitra 10 emang lebih jago, terutama di bagian finishing lantai. sampe ada wall khusus untuk mix-match atau trial n error nuansa keramik yg kita incer.
Tapi...di DB juga oke vouchernya. kalo belanja >250ribu bisa makan gratis di kantinnya. hihihi..ibu-ibu banget yaa, kalo dah ngomongin soal gratisan.
Selama ini window shopping selalu ga tenang. Pertama, lagi enak-enak ngeliat pull handle, ditelpon suruh balik ke site karena kusen sudah datang. Kedua, datang kemaleman, cuma beli glass block. Oya, glass block harusnya beli di DB, di mitra 10 lebih mahal, hiks....
Ketiga, ga tenang window shopping kalo bawa Azki. selalu rewel minta pulang. beda kalo diajak window shopping di carrefour. pasti anteng.
Sekarang sudah ada supermarket one stop shopping untuk kebutuhan membangun rumah. Yang cukup terkenal adalah Mitra 10. ada juga Dunia Bangunan, dan juga Depo Bangunan.
Setelah dicompare sana-sini, untuk beberapa material, lebih murah di Dunia Bangunan. DB juga lebih dekat dengan rumah. Di DB pramuniaganya juga ramah2. Di Mitra 10 pernah dapet pramuniaga yang dari casingnya aja udah judes, dan terbukti pas diminta menerangkan produknya, hehehe...
Untuk display, Mitra 10 emang lebih jago, terutama di bagian finishing lantai. sampe ada wall khusus untuk mix-match atau trial n error nuansa keramik yg kita incer.
Tapi...di DB juga oke vouchernya. kalo belanja >250ribu bisa makan gratis di kantinnya. hihihi..ibu-ibu banget yaa, kalo dah ngomongin soal gratisan.
Selama ini window shopping selalu ga tenang. Pertama, lagi enak-enak ngeliat pull handle, ditelpon suruh balik ke site karena kusen sudah datang. Kedua, datang kemaleman, cuma beli glass block. Oya, glass block harusnya beli di DB, di mitra 10 lebih mahal, hiks....
Ketiga, ga tenang window shopping kalo bawa Azki. selalu rewel minta pulang. beda kalo diajak window shopping di carrefour. pasti anteng.
Rabu, 15 April 2009
This is How We Learn
Jangan percaya 100% terhadap rekomendasi orang mengenai sesuatu. Contohnya ya kami ini, dalam hal membangun rumah. Ngobrol sana-sini, didapatlah satu nama tukang yang legendaris karena sejumlah karyanya sudah terukir di bumi Jurumudi ini.
Pas nego fee, dijawabnya mengambang, macam gini nih. “Ya standar aja. Semua orang juga tau”. And what happened next? Di minggu ke-3 tukang yang legendaris ini minta tambahan fee. Mengesalkan.
Pas pelaksanaan, suka ngeyel dan menganggap proyek rumah kami just the same dengan proyek dia sebelumnya. Eits..our house should be a landmark, hehe…
Jadi tuh ya, as I was told oleh Pak Trisno yg secara tidak resmi kami rekrut sebagai supervisor, si tukang ini biasa mengerjakan rumah tidak dengan gambar teknik atau perencanaan. Lha terus gimana cara dia menorehkan sejarah di dunia pertukangan?
Biasanya yang punya proyek akan memberikan data luasan lahan, misalnya A x B m2. Lalu nego upah borongan. Metode pembayaran model gini cukup merakyat di sini. Karena si owner tinggal nyante aja nungguin rumahnya kelar dibangun.
Nah cara gini yang aku ga suka. Gimana dengan kualitas bangunanku ntar? Jangan2 ga bagus karna si tukang ngebut kejar progress. Menurut aku justru ngga bagus metode gini, kontrak lump sum tapi ditinggal tanpa pengawasan maximal.
Perbedaan visi desain juga bisa jadi masalah. Misalnya pas kemaren pesen pintu. Aku pengen pintu utama itu single door, dengan desain minimalis (daun pintunya diberi hiasan tali air, warna coklat gelap, trus ntar handlenya warna brass). Nah tukangnya bilang, nggak bagus itu, jadiin dua daun. Nah,,ini juga karena di daerah sini ga ada rumah baru yang terbangun dengan single door sebagai pintu utama. Yang ada justru double door, handlenya mewah dengan warna kuning, dan di teras ada 2 pilar. Aku dan ayah Azki sepakat, desain model begini is a BIG No, hehe..
Mengenai upah. Beberapa hari setelah mulai fase konstruksi, beberapa orang meributkan metode pembayaran. Kenapa harian? Kenapa ga borongan? Setelah hampir terjebak pada pengaruh kanan-kiri, akhirnya kami sepakat untuk tidak mem-follow up segala input yang bersifat merecoki segala konsep, baik konsep pembayaran, apalagi konsep desain. It’s our house. Let us learn how to build a house. Sapa tau masih ada rumah berikutnya yang akan dibangun??hehe..
Pas nego fee, dijawabnya mengambang, macam gini nih. “Ya standar aja. Semua orang juga tau”. And what happened next? Di minggu ke-3 tukang yang legendaris ini minta tambahan fee. Mengesalkan.
Pas pelaksanaan, suka ngeyel dan menganggap proyek rumah kami just the same dengan proyek dia sebelumnya. Eits..our house should be a landmark, hehe…
Jadi tuh ya, as I was told oleh Pak Trisno yg secara tidak resmi kami rekrut sebagai supervisor, si tukang ini biasa mengerjakan rumah tidak dengan gambar teknik atau perencanaan. Lha terus gimana cara dia menorehkan sejarah di dunia pertukangan?
Biasanya yang punya proyek akan memberikan data luasan lahan, misalnya A x B m2. Lalu nego upah borongan. Metode pembayaran model gini cukup merakyat di sini. Karena si owner tinggal nyante aja nungguin rumahnya kelar dibangun.
Nah cara gini yang aku ga suka. Gimana dengan kualitas bangunanku ntar? Jangan2 ga bagus karna si tukang ngebut kejar progress. Menurut aku justru ngga bagus metode gini, kontrak lump sum tapi ditinggal tanpa pengawasan maximal.
Perbedaan visi desain juga bisa jadi masalah. Misalnya pas kemaren pesen pintu. Aku pengen pintu utama itu single door, dengan desain minimalis (daun pintunya diberi hiasan tali air, warna coklat gelap, trus ntar handlenya warna brass). Nah tukangnya bilang, nggak bagus itu, jadiin dua daun. Nah,,ini juga karena di daerah sini ga ada rumah baru yang terbangun dengan single door sebagai pintu utama. Yang ada justru double door, handlenya mewah dengan warna kuning, dan di teras ada 2 pilar. Aku dan ayah Azki sepakat, desain model begini is a BIG No, hehe..
Mengenai upah. Beberapa hari setelah mulai fase konstruksi, beberapa orang meributkan metode pembayaran. Kenapa harian? Kenapa ga borongan? Setelah hampir terjebak pada pengaruh kanan-kiri, akhirnya kami sepakat untuk tidak mem-follow up segala input yang bersifat merecoki segala konsep, baik konsep pembayaran, apalagi konsep desain. It’s our house. Let us learn how to build a house. Sapa tau masih ada rumah berikutnya yang akan dibangun??hehe..
Owner vs Tukang
Whew..brapa hari nih ga ngasi laporan??
Well, sebetulnya ada masalah non teknis di lapangan.
Oke, ayo dipetani alias di kupas tuntas ada apa aja di sini.
Sabtu lalu aku membayar satu tukang yang bisa dibilang contact person bagi rekan2 tukang lainnya (tetapi dia menganggap dirinya team leader, hebat yah?!) lebih dari biasanya. Ini gara2 si Bang Kosim iniii…enak banget ngomong minta bayaran lebih karena masalah Team Leader ini. Awalnya sih aku ngga setuju pas Ayah Azki memintaku mengeluarkan fee lebih untuk oknum BK ini. Tapi mungkin waktu itu lagi berbaik hati (mode dipaksakan, hihi), akhirnya keluar juga tuh kelebihan fee. Lho, fee yang minggu2 sebelumnya piye?? Ya ditambahkan saja.
Setelah beberapa hari perenungan, aku menganggap sudah dikadalin sama oknum BK ini. Kenapa?
Pertama, saat pekerjaan pasangan bata dimulai, tukangers tuh sering banget pulang jam 16.30. Ini jadi masalah karena waktu pekerjaan pembesian, pulangnya jam 17.00. Nah, ini mana yang benar? Pulang jam 16.30 atau 17.00?
Kalo emang kerjanya ampe jam 16.30, berani benerrr….minta tambahan fee.
Soo…pagi ini aku konfirmasilah ke so-called Team Leader itu. Begini kira-kira dialognya:
O (owner) : Sori ya, mau konfirmasi..sebetulnya jam kerja gimana sih, kok kadang jam 5, kadang kurang.
BK (bang kosim) : Ya normalnya sih setengah 5. Itu kemaren jam 5 juga karna ngabisin adukan.
O : Gini lho,,kemaren kan minta tambahan fee tuh…trus sekarang saya minta tambahan jam kerja. Gimana tuh?
BK : O ga bisa, sudah biasa di mana2 saya ngerjain juga pulang jam setengah 5. Pulang jam 5 juga karena kebijakan tukang (lho, bisa ya tukang bikin kebijakan??) karena ada kerjaan nanggung.
O : Di proyek di Jakarta, semua selesai jam 5.
BK : Begini. Saya di proyek sudah lama, sejak tahun 70-an.Kalo situ kan baru kemaren (kurang ajar, masalah senioritas nih)
O : (mode pasrah) ya udah deh, saya cuma nyampein komplennya Baba. Obrolan ini ntar saya sampein ke Baba. Semua keputusan ada di Baba.
What was the bottom line?
Tukang ini ga mau kerja ampe jam 5, tapi maunya bayaran dilebihin.
Solusinya apa?
Pecat, mungkin??
Masalah berikutnya adalah personality sebagai tukang yang sudah eksis selama puluhan tahun, yang suka sok berinisiatif dan ngeyel banget.
Kemaren dia pasang kongliong opening buat pintu WC. Jelas aja aku emosi tinggi. Kan aku bilang pintunya belum order, belum ada ukurannya. Bisa2nya bikin kongliong.
O : Ini kenapa kongliongnya dibuat?? Ukuran pintunya belum ada.
BK : kan pintu pepece (PVC). Lebar 740 biasanya mah
O : Pintu saya ga biasa!! Lebarnya 800!! Bongkar!!
BK : (ngeyel mode on) ntar aja mbongkarnya kalo pintunya dah datang. Pan ini propilannya dah dipasang
O : (menahan amarah) Pintu saya kusennya ga bisa dipasang sekarang, karena sudah finishing. Bukan kayak kusen lain yang masih harus dicat. Kalo rusak, gimana? Ini bata lanjutannya dibuat sesuai lebar opening. Bata yang udah terlanjur ntar di-chipping.
BK : Ya udah kalo gitu mah (menurut sajah)
Yah begitulah dialog owner-tukang yang cukup panas.
Oya ada juga dialog tentang rangka kuda-kuda.
BK : Pesen kayu bakal kap udah?
O : maksudnya? (terjadi gegar budaya dalam hal bahasa proyek)
BK : itu..rangka atap
O : Oh..belum. Belum tau tempat yg jual
BK : saya aja yang nyari. Duitnya separo dulu siniin
O : ngapain buru-buru? Pasang bata aja belum kelar. Kusen belum semua terpasang. Urugan masih bececeran. Mau taro mana??
BK : Noh di onoh (menunjuk satu lahan kosong)
O : Eh, enak aja balok saya ditaro situ. Kalo rusak, gimana? Kalo ilang, gimana? Nggak, nggak beli sekarang. Kerjain aja pekerjaan sekarang. Saya tau kapan harus beli balok (mode sok tau)
End of conversation. Mrs Owner yang cerewet dan Tukang yang ngeyel.
Well, sebetulnya ada masalah non teknis di lapangan.
Oke, ayo dipetani alias di kupas tuntas ada apa aja di sini.
Sabtu lalu aku membayar satu tukang yang bisa dibilang contact person bagi rekan2 tukang lainnya (tetapi dia menganggap dirinya team leader, hebat yah?!) lebih dari biasanya. Ini gara2 si Bang Kosim iniii…enak banget ngomong minta bayaran lebih karena masalah Team Leader ini. Awalnya sih aku ngga setuju pas Ayah Azki memintaku mengeluarkan fee lebih untuk oknum BK ini. Tapi mungkin waktu itu lagi berbaik hati (mode dipaksakan, hihi), akhirnya keluar juga tuh kelebihan fee. Lho, fee yang minggu2 sebelumnya piye?? Ya ditambahkan saja.
Setelah beberapa hari perenungan, aku menganggap sudah dikadalin sama oknum BK ini. Kenapa?
Pertama, saat pekerjaan pasangan bata dimulai, tukangers tuh sering banget pulang jam 16.30. Ini jadi masalah karena waktu pekerjaan pembesian, pulangnya jam 17.00. Nah, ini mana yang benar? Pulang jam 16.30 atau 17.00?
Kalo emang kerjanya ampe jam 16.30, berani benerrr….minta tambahan fee.
Soo…pagi ini aku konfirmasilah ke so-called Team Leader itu. Begini kira-kira dialognya:
O (owner) : Sori ya, mau konfirmasi..sebetulnya jam kerja gimana sih, kok kadang jam 5, kadang kurang.
BK (bang kosim) : Ya normalnya sih setengah 5. Itu kemaren jam 5 juga karna ngabisin adukan.
O : Gini lho,,kemaren kan minta tambahan fee tuh…trus sekarang saya minta tambahan jam kerja. Gimana tuh?
BK : O ga bisa, sudah biasa di mana2 saya ngerjain juga pulang jam setengah 5. Pulang jam 5 juga karena kebijakan tukang (lho, bisa ya tukang bikin kebijakan??) karena ada kerjaan nanggung.
O : Di proyek di Jakarta, semua selesai jam 5.
BK : Begini. Saya di proyek sudah lama, sejak tahun 70-an.Kalo situ kan baru kemaren (kurang ajar, masalah senioritas nih)
O : (mode pasrah) ya udah deh, saya cuma nyampein komplennya Baba. Obrolan ini ntar saya sampein ke Baba. Semua keputusan ada di Baba.
What was the bottom line?
Tukang ini ga mau kerja ampe jam 5, tapi maunya bayaran dilebihin.
Solusinya apa?
Pecat, mungkin??
Masalah berikutnya adalah personality sebagai tukang yang sudah eksis selama puluhan tahun, yang suka sok berinisiatif dan ngeyel banget.
Kemaren dia pasang kongliong opening buat pintu WC. Jelas aja aku emosi tinggi. Kan aku bilang pintunya belum order, belum ada ukurannya. Bisa2nya bikin kongliong.
O : Ini kenapa kongliongnya dibuat?? Ukuran pintunya belum ada.
BK : kan pintu pepece (PVC). Lebar 740 biasanya mah
O : Pintu saya ga biasa!! Lebarnya 800!! Bongkar!!
BK : (ngeyel mode on) ntar aja mbongkarnya kalo pintunya dah datang. Pan ini propilannya dah dipasang
O : (menahan amarah) Pintu saya kusennya ga bisa dipasang sekarang, karena sudah finishing. Bukan kayak kusen lain yang masih harus dicat. Kalo rusak, gimana? Ini bata lanjutannya dibuat sesuai lebar opening. Bata yang udah terlanjur ntar di-chipping.
BK : Ya udah kalo gitu mah (menurut sajah)
Yah begitulah dialog owner-tukang yang cukup panas.
Oya ada juga dialog tentang rangka kuda-kuda.
BK : Pesen kayu bakal kap udah?
O : maksudnya? (terjadi gegar budaya dalam hal bahasa proyek)
BK : itu..rangka atap
O : Oh..belum. Belum tau tempat yg jual
BK : saya aja yang nyari. Duitnya separo dulu siniin
O : ngapain buru-buru? Pasang bata aja belum kelar. Kusen belum semua terpasang. Urugan masih bececeran. Mau taro mana??
BK : Noh di onoh (menunjuk satu lahan kosong)
O : Eh, enak aja balok saya ditaro situ. Kalo rusak, gimana? Kalo ilang, gimana? Nggak, nggak beli sekarang. Kerjain aja pekerjaan sekarang. Saya tau kapan harus beli balok (mode sok tau)
End of conversation. Mrs Owner yang cerewet dan Tukang yang ngeyel.
Kamis, 09 April 2009
Survey Material
Hari ini aku dan ayah Azki survey material ke Mitra10. Ini toko bangunan yang one stop shopping. Cukup enak juga tempatnya. tapi harganya belum tau juga karena belum dicompare ma toko lainnya.
Jadii..di sini tuh agendanya liat material, catet tipenya, dan intip pula harganya. Asyik deh di sini, bikin betah, hehe..
Nah,,apa sih yang kami survey?
- keramik. Ngincernya merk Platinum 40x40. Yang Roman outta budget :P
- Bak mandi fiber 55x55
- Kitchen sink yang single. Milih yang materialnya campuran karna lebih murah. Mau yang stainless?? harganya minimal 1 juta.
- PVC door untuk toilet.
- Handle pintu stainless steel hairline biar ga norak :P
- Kloset duduk. Ini harus ada tanya jawab ma penjaganya, masalah fittings, sparepart, garansi, dll. Maunya sih yang murah tapi sekeren TOTO :P
Baru itu doang sih..maunya ntar survey lengkap include cat, genteng, dan assesories rumah lainnya. Tentunya yang bisa bikin rumah kami nanti bener2 little home sweet home :)
Jadii..di sini tuh agendanya liat material, catet tipenya, dan intip pula harganya. Asyik deh di sini, bikin betah, hehe..
Nah,,apa sih yang kami survey?
- keramik. Ngincernya merk Platinum 40x40. Yang Roman outta budget :P
- Bak mandi fiber 55x55
- Kitchen sink yang single. Milih yang materialnya campuran karna lebih murah. Mau yang stainless?? harganya minimal 1 juta.
- PVC door untuk toilet.
- Handle pintu stainless steel hairline biar ga norak :P
- Kloset duduk. Ini harus ada tanya jawab ma penjaganya, masalah fittings, sparepart, garansi, dll. Maunya sih yang murah tapi sekeren TOTO :P
Baru itu doang sih..maunya ntar survey lengkap include cat, genteng, dan assesories rumah lainnya. Tentunya yang bisa bikin rumah kami nanti bener2 little home sweet home :)
Progress Hari Ini 9 April
Wah..telat nih laporan progres, bisa dimarahi penyandang dana, hehee..
Jadiii..memasuki minggu ke-3, progres rumah kami sudah memasuki tahap pemasangan bata. Yang dikerjakan antara lain:
- Pasangan Bata
- Loading material urugan (kami pakai brangkal, macadam, sirtu, dan pasir urug)
- Setting Kusen.
Oh ya ada cerita lucu tentang kusen. Menyangkut tukang kami yang penuh inisiatif itu tuuh.
Jadi ceritanya gini. Aku dan ayah Azki lagi survey material di toko bangunan Mitra 10. Eh..lagi asik2 lihat material yang lucu-lucu, tiba2 baba nelpon kalo kusen sudah datang semua. APA?Sudah datang semua?? Bukannya datangnya kalo kutelpon yak? Alhasil langsunglah kami terbirit-birit pulang.
Usut punya usut, ternyata Tukang in Chief nya yang ngedatengin supplier kusen, minta dikirim cepat. Wah wah.. overgesit banget yah bapak inih..Padahal kerjaan dia yang laen masih ada lho. misalnya, mindahin urugan, atau ngecor kolom.
Dan akhirnyaaa..di hari pencontrengan ini, itu para tukangs sudah pulang setengah jam lebih cepat. Bah!!!
Tukang in Chief ini emang hobi banget terburu-buru. sebelum perkara kusen, dia sudah menyuruh aku beli rangka kuda-kuda atap. malah minta uang buat DP.
Weitsss...enak aja nyuruh2. Kerjaan kolom aja belum kelar. Rencana aku kan, untuk material finishing serta rangka atap itu surve harga dulu. baru ntar pas udah pasang ring balk, order deh. Gitu Lhoh Paak..emangnya sampeyan punya lahan buat naruh material? Capex Deks..
Jadiii..memasuki minggu ke-3, progres rumah kami sudah memasuki tahap pemasangan bata. Yang dikerjakan antara lain:
- Pasangan Bata
- Loading material urugan (kami pakai brangkal, macadam, sirtu, dan pasir urug)
- Setting Kusen.
Oh ya ada cerita lucu tentang kusen. Menyangkut tukang kami yang penuh inisiatif itu tuuh.
Jadi ceritanya gini. Aku dan ayah Azki lagi survey material di toko bangunan Mitra 10. Eh..lagi asik2 lihat material yang lucu-lucu, tiba2 baba nelpon kalo kusen sudah datang semua. APA?Sudah datang semua?? Bukannya datangnya kalo kutelpon yak? Alhasil langsunglah kami terbirit-birit pulang.
Usut punya usut, ternyata Tukang in Chief nya yang ngedatengin supplier kusen, minta dikirim cepat. Wah wah.. overgesit banget yah bapak inih..Padahal kerjaan dia yang laen masih ada lho. misalnya, mindahin urugan, atau ngecor kolom.
Dan akhirnyaaa..di hari pencontrengan ini, itu para tukangs sudah pulang setengah jam lebih cepat. Bah!!!
Tukang in Chief ini emang hobi banget terburu-buru. sebelum perkara kusen, dia sudah menyuruh aku beli rangka kuda-kuda atap. malah minta uang buat DP.
Weitsss...enak aja nyuruh2. Kerjaan kolom aja belum kelar. Rencana aku kan, untuk material finishing serta rangka atap itu surve harga dulu. baru ntar pas udah pasang ring balk, order deh. Gitu Lhoh Paak..emangnya sampeyan punya lahan buat naruh material? Capex Deks..
Minggu, 05 April 2009
Side Job Mommy Azki
Tadi siang mbantuin temen ayah ngukur rumah. jauh, di bintaro jaya.
ngerjainnya bareng temen ex-CCM dulu.
Ternyata rumahnya gede banget. ada 6 kamar. 2 tingkat. rumah ini pengembangan dari tipe 45. Hmm..looks so gorgeous, tapi ada kelemahan di struktur terutama pembalokan. masa balok void dibuat segedhe balok janggutan. ah, ngarang dot kom juga nih yang ngrancang.
Kata suaminya mbak Yoke, yang punya rumah, pengembangan rumah dikerjakan selama 2 tahun. wah, terlhalhu!! 2 tahun itu Agung Podomoro bisa bikin 1 tower apartment!! Kalo aku punya tukang bikin rumah 6 bulan ga kelar, dipecaaat aja dehh. eh tapi tergantung luas bangunan juga.
Eits. tapi aku ke sini bukan untuk mengurusi masalah struktur yang sudah stadium 2 ini. tapi untuk mengukur luas bangunan.
Dalam mengukur luas bangunan,, kita harus mencari titik PINJAMAN, yang kita pake buat patokan atau titik berangkat pengukuran. Di rumah mbak Yoke ini, aku dan partner mengambil garis as dinding yang berbatasan dengan tetangga. Oya, rumah ini adanya di sudut kapling. jadi di sisi satunya kita anggap sebagai buangan.
Gampang2 susah sih, ngukur gini. yg bikin riweuh itu, di lahan buangan, posisi dindingnya miring, ga tegak lurus dengan garis pagar. Akhirnya improvisasi deh, hehe...
Karena rumahnya luas, so kami minta pengukuran dilakukan minimal dua sesi, minggu ini dan minggu depan. minggu ini ngukur lantai dasar, minggu depan berangkat ke lantai 2.
Jadi, minggu depan Azki nemenin ibu kerja lagii!
ngerjainnya bareng temen ex-CCM dulu.
Ternyata rumahnya gede banget. ada 6 kamar. 2 tingkat. rumah ini pengembangan dari tipe 45. Hmm..looks so gorgeous, tapi ada kelemahan di struktur terutama pembalokan. masa balok void dibuat segedhe balok janggutan. ah, ngarang dot kom juga nih yang ngrancang.
Kata suaminya mbak Yoke, yang punya rumah, pengembangan rumah dikerjakan selama 2 tahun. wah, terlhalhu!! 2 tahun itu Agung Podomoro bisa bikin 1 tower apartment!! Kalo aku punya tukang bikin rumah 6 bulan ga kelar, dipecaaat aja dehh. eh tapi tergantung luas bangunan juga.
Eits. tapi aku ke sini bukan untuk mengurusi masalah struktur yang sudah stadium 2 ini. tapi untuk mengukur luas bangunan.
Dalam mengukur luas bangunan,, kita harus mencari titik PINJAMAN, yang kita pake buat patokan atau titik berangkat pengukuran. Di rumah mbak Yoke ini, aku dan partner mengambil garis as dinding yang berbatasan dengan tetangga. Oya, rumah ini adanya di sudut kapling. jadi di sisi satunya kita anggap sebagai buangan.
Gampang2 susah sih, ngukur gini. yg bikin riweuh itu, di lahan buangan, posisi dindingnya miring, ga tegak lurus dengan garis pagar. Akhirnya improvisasi deh, hehe...
Karena rumahnya luas, so kami minta pengukuran dilakukan minimal dua sesi, minggu ini dan minggu depan. minggu ini ngukur lantai dasar, minggu depan berangkat ke lantai 2.
Jadi, minggu depan Azki nemenin ibu kerja lagii!
Jumat, 03 April 2009
Metode Pembayaran Jasa Tukang
Metode..
wah, bakal serius nih postingannya. Eits,,ngga doong. Tetap dikemas dengan bahasa yang asyik dan sesuai dengan judul link, Construction for Dummies, hihihi..
Semalam ayah mengajukan tawaran mengubah metode pembayaran tukang, yang semula dibayar tiap hari sabtu, menjadi borongan per progress. Ini ngajuin ide beginian setelah dapet bisikan gaib mana nih? ternyata dari engkong. Tujuannya sih baek,,bayarannya borongan, jadi si owner ga perlu repot2 tiap hari ngedrop duit, ngedrop rokok, etc etc.
Trus ide ini diteruskan ke pak trisno, someone who helps us to supervise our project. Dia setuju aja, kalo untuk mengurangi kerepotan2 dalam hal ngedrop hal2 tadi.
Laluuu, ide inii diteruskan ke Baba. Tak disangka, baba menolak. intinya yaa, kalo dari awal kontraknya sudah bayaran per minggu, ya konsisten dong. apalagi kinerja tukang ga da masalah. everything is under control laah. Menurut Baba, ide setiap orang tuh ga bisa diterima gitu aja, apalagi ide ini didapat setelah pekerjaan dimulai. ga etis buat tukangnya.
Well,,setelah sebelumnya euforia pengen borongan, akhirnya mengerut lagi dan balik ke pembayaran sabtuan.
Sebetulnya ga masalah sih upah borongan. menurut aku gini yaa, dengan upah borongan:
- owner harus tau nilai projectnya berapa, untuk menentukan besaran upah
- owner harus tau kualitas hasil kerja tukang kaya apa, jadi dengan nilai yang udah disepakati ga ada rasa kecewa setelah asa konstruksi usai
- pekerja bisa aja cuma ngejar progress, kualitas diabaikan. teteup aja owner harus mantau.
- owner harus pinter2 menentukan durasi per progress. apakah proporsinya 35% - 35% - 30% progress. atau ditentukan per item pekerjaan, misalnya, bayaran pertama kalo pondasi udah kelar.
- tukang setidaknya punya biaya operasional pribadi sebelum upah dibayarkan.
- owner ga harus keluar ongkos makann, gorengan, rokok, kopi,,untuk tukang,,karena semua itu sudah dicover oleh asuransi,,eeeh...upahnya.
Yaa,,kira2 begitulah opini haari ini ttg upah borongan.
wah, bakal serius nih postingannya. Eits,,ngga doong. Tetap dikemas dengan bahasa yang asyik dan sesuai dengan judul link, Construction for Dummies, hihihi..
Semalam ayah mengajukan tawaran mengubah metode pembayaran tukang, yang semula dibayar tiap hari sabtu, menjadi borongan per progress. Ini ngajuin ide beginian setelah dapet bisikan gaib mana nih? ternyata dari engkong. Tujuannya sih baek,,bayarannya borongan, jadi si owner ga perlu repot2 tiap hari ngedrop duit, ngedrop rokok, etc etc.
Trus ide ini diteruskan ke pak trisno, someone who helps us to supervise our project. Dia setuju aja, kalo untuk mengurangi kerepotan2 dalam hal ngedrop hal2 tadi.
Laluuu, ide inii diteruskan ke Baba. Tak disangka, baba menolak. intinya yaa, kalo dari awal kontraknya sudah bayaran per minggu, ya konsisten dong. apalagi kinerja tukang ga da masalah. everything is under control laah. Menurut Baba, ide setiap orang tuh ga bisa diterima gitu aja, apalagi ide ini didapat setelah pekerjaan dimulai. ga etis buat tukangnya.
Well,,setelah sebelumnya euforia pengen borongan, akhirnya mengerut lagi dan balik ke pembayaran sabtuan.
Sebetulnya ga masalah sih upah borongan. menurut aku gini yaa, dengan upah borongan:
- owner harus tau nilai projectnya berapa, untuk menentukan besaran upah
- owner harus tau kualitas hasil kerja tukang kaya apa, jadi dengan nilai yang udah disepakati ga ada rasa kecewa setelah asa konstruksi usai
- pekerja bisa aja cuma ngejar progress, kualitas diabaikan. teteup aja owner harus mantau.
- owner harus pinter2 menentukan durasi per progress. apakah proporsinya 35% - 35% - 30% progress. atau ditentukan per item pekerjaan, misalnya, bayaran pertama kalo pondasi udah kelar.
- tukang setidaknya punya biaya operasional pribadi sebelum upah dibayarkan.
- owner ga harus keluar ongkos makann, gorengan, rokok, kopi,,untuk tukang,,karena semua itu sudah dicover oleh asuransi,,eeeh...upahnya.
Yaa,,kira2 begitulah opini haari ini ttg upah borongan.
Progress Hari Ini 4 April
Pfuii..ngasi laporan juga hari ini. Kemaren2 emang masih agak gondok (kurang unsur I waktu masih kecil, qeqeqe..) gara2 kolom yang lari-lari itu. Therefore musti sedikit ikutan kreatif kaya pak tukang, mencari solusi ubah denah.
Yuhuu...dapurku jadi kuecilll. 2x2 meter persegi. Walahh, bisa masak apa dengan dapur semini ini? Mau lihat? mau? mau? ntar yaa, di ABD ajah, alias As Built Drawing. Masa dikit2 ngeluarin gambar baru..mending kalo pake CAD. lha ini nganggo driji jeh,,serasa balik ke studio tingkat 2.
Sbetulnya cara penyelesaian kasus kolom lari2 ini simpel, tapi aku ga yakin tuh sesuai dengan dogma matkul Prinsip Struktur dan Konstruksi nya dosen aku dulu..hehe,,emang jangan dibandingin Bos, kuliah ama lapangan!!! juauuuh..
Lhah ntar kalo mau ditingkat, kumaha atuhhh? yeah..kita konsul sajah sama Akungnya Azki.
Yak, jadi hari ini ngapain itu para crew di site? dua hari ini pada ngurusin sloof. Kemaren pembesian. hari ini ngecor. Ayah Azki belanja paku, kawat beton, dan tripleks lagi tuh. ternyata butuh tripleks buanyak banget, spend more than 500rb. Boohoohooo.....ah tapi tak apa, asal bisa dipake untuk bikin bekisting kolom, kolom praktis, dan ring balknya ntar. dan sapa tau akhir proyek bisa dikiloin, hihihi...maunya sih didempul trus dibikinin pintu lemari dapur, kalo masi memungkinkan. isn't it good?
Setelah disawang-sawang (dilihat-lihat), kok peninggian peilnya seperti overdosis yak. 50 cm bo!
Ngurugnya pake apa nih? Hmm. sebetulnya sudah disuruh engkong ngangkut brankal (bhs Betawinya: Kuin. Ga kompatible gitu bahasanya). Well,,karena site belum siap menampung ya tunda dulu lah itu brankal, walopun itu engkong kayanya udah kaga sabar membersihkan areanya dari brankal.
yuk ah, lanjut ngecoorr..
Yuhuu...dapurku jadi kuecilll. 2x2 meter persegi. Walahh, bisa masak apa dengan dapur semini ini? Mau lihat? mau? mau? ntar yaa, di ABD ajah, alias As Built Drawing. Masa dikit2 ngeluarin gambar baru..mending kalo pake CAD. lha ini nganggo driji jeh,,serasa balik ke studio tingkat 2.
Sbetulnya cara penyelesaian kasus kolom lari2 ini simpel, tapi aku ga yakin tuh sesuai dengan dogma matkul Prinsip Struktur dan Konstruksi nya dosen aku dulu..hehe,,emang jangan dibandingin Bos, kuliah ama lapangan!!! juauuuh..
Lhah ntar kalo mau ditingkat, kumaha atuhhh? yeah..kita konsul sajah sama Akungnya Azki.
Yak, jadi hari ini ngapain itu para crew di site? dua hari ini pada ngurusin sloof. Kemaren pembesian. hari ini ngecor. Ayah Azki belanja paku, kawat beton, dan tripleks lagi tuh. ternyata butuh tripleks buanyak banget, spend more than 500rb. Boohoohooo.....ah tapi tak apa, asal bisa dipake untuk bikin bekisting kolom, kolom praktis, dan ring balknya ntar. dan sapa tau akhir proyek bisa dikiloin, hihihi...maunya sih didempul trus dibikinin pintu lemari dapur, kalo masi memungkinkan. isn't it good?
Setelah disawang-sawang (dilihat-lihat), kok peninggian peilnya seperti overdosis yak. 50 cm bo!
Ngurugnya pake apa nih? Hmm. sebetulnya sudah disuruh engkong ngangkut brankal (bhs Betawinya: Kuin. Ga kompatible gitu bahasanya). Well,,karena site belum siap menampung ya tunda dulu lah itu brankal, walopun itu engkong kayanya udah kaga sabar membersihkan areanya dari brankal.
yuk ah, lanjut ngecoorr..
Langganan:
Postingan (Atom)